Pada tanggal 31 Oktober 2021 kemaren, saya mengikuti acara bedah film yang diadakan Dandiah Care Center. Setelah sebelumnya kami masing-masing diminta untuk menonton filmya, pada hari itu kami diajak untuk menyimak penjelasan tentang Luka pengasuhan yang dialami Will oleh ibu Arifah Handayani, DKM Dandiah Care Center.
Sinopsis
Penjelasannya berawal dari sinopsis filmnya. Film ini bercerita tentang Will Hunting (Matt Damon), seoramg pemuda yatim piatu berusia 20 tahun yang awalnya hidupnya berpindah dari panti asuhan yang satu ke panti asuhan yang lain. Hidupnya yang begitu malang, sejak kecil sudah diterlantarkan, diabaikan bahkan sering dilukai secara fisik dengan sangat parah oleh ayah angkatnya. Semua luka psikis yang didapat Will di masa kecilnya membentuk karakternya saat dewasa.
Will bekerja sebagai petugas kebersihan di kampus bergengsi yaitu Massachusetts of Technology (MIT). Suatu hari, Will yang secara diam-diam sering menjawab soal-soal rumit yang ditinggalkan dosen dan mahasiswa di papan tulis lorong kampus, akhirnya ketahuan oleh prof Gerard Lambeau. Prof Gerard heran bagaimana bisa Will mampu memecahkan soal paling rumit tersebut.
Will adalah anak yang sangat cerdas dan jenius. Tak hanya soal matematika, karena minat membaca yang tinggi didukung oleh kecerdasan luar biasa membuatnya memiliki wawasan yang sangat luas dalam berbagai bidang mulai dari sejarah hingga seni.
Walau terbiasa hidup sendiri di rumah kumuh, namun Will punya sahabat yang sangat tulus dan setia yaitu Chuckie (Ben Affleck) , Billy dan Morgan. Meski mereka adalah sekelompok berandal yang sering berkelahi dan sering mabuk, tetapi baik chuckie maupun sahabatnya yang lain sangat mendukung Will agar menggunakan potensi kecerdasannya untuk hidup yang lebih baik.
Will yang baru saja masuk penjara karena perkelahian akhirnya dijamin agar bebas oleh prof Gerard. Dengan syarat, Will mau diarahkan untuk jadi ahli matematika dan menjalani psikoterapi. Ketika menjalani sesi terapi dengan beberapa psikolog, Will tak pernah mau serius dan jujur. Akhirnya prof Gerard membawanya bertemu Sean Meguire ( Robbie William). Will pun mulai menjalani sesi terapi bersama Sean yang prosesnya cukup panjang hingga akhirnya ketulusan Sean menimbulkan kepercayaan Will padanya. Will pun mulai terbuka dan berproses menyembuhkan luka pengasuhannya.
Bedah Film dari sudut pandang psikologi
Masalah Psikis yang dihadapi Will
Inner Child yang luka
Will mengalami luka pengasuhan karena hidup yatim piatu sejak kecil di berbagai panti asuhan. Begituia diangkat anak, kehidupannya bukannya membaik malah semakin parah karena harus hidup bersama ayah angkat yang sering melakukan kekerasan fisik padanya.
Post Traumatic Stress Disorder
Will perna mengalami perundungan saat TK, hal ini menimbulkan trauma yang membuatnya menyabotase kehidupan sosialnya karena ia takut akan terluka lagi.
Inferiority Complex
Untuk membuat dirinya merasa nyaman, Will sengaja berteman dengan orang-orang yang secara kecerdasan bersada di bawah kecerdasannya. Dengan demikian ia merasa aman dan atka akan ditindas. Selain itu agar tak dianggap remeh, ia berbohong dengan asal-usulnya ketika menjalin hubungan dengan seorang wanita. Hubungan itu pun berakhir ketika sang wanita menginginkan hubungan yang lebih serius.
Ia merasa tak nyaman saat kejeniusannya diketahui dan diakui sehingga ia pun memilih berhenti bekerja dari kampus MIT. Secara keseluruhan, Will tidak peduli dengan potensinya, merasa itu bukanlah hal penting sehingga iapu menolak berbagai tawaran karier yang menarik.
Attacment Disorder
Luka pengasuhan yang langsung diberikan oleh care giver, yaitu ayah angkat yang seharusnya menjaganya dengan penuh kasih sayang membuat Will kesulitan saat dewasa. Will kesulitan menjalin kedekatan dengan orang-orang di usia dewasanya.
Dalam penjelasannya ibu Arifah menjelaskan kenapa Will begitu menolak ajakan prof Gerard untuk mendalami matematika ataupun menolak tawaran untuk bergabung dengan NSA.
Will berproses menyembuhkan lukanya dibantu oleh Sean. beberapa kali Sean, mengatakan pada Will bahwa “itu semua bukanlah salah Will”, hingga akhirnya Will bisa melepaskan emosinya dengan menangis tersedu-sedu dan memeluk Sean.
Insight
Beberapa hikmah yang saya dapatkan dari mengikuti acara bedah film ini adalah luka pengasuhan itu nyata ada dan akan berpengaruh besar pada kehidupan kita. Membiarkannya tersimpan tanpa disembuhkan tak hanya akan membuat kita semakin sakit, tetapi juga bisa menutup potensi yang kita miliki menjadi tak bisa dimanfaatkan dengan optimal.
Selain itu, film ini juga menekankan pentingnya peran seorang psikoterapi yang tulus dalam membangun “trust” pasiennya, agar proses penyembuhan bisa berlangsung optimal. Dan pasiennya benar-benar bisa sembuh dan membuat hidupnya jauh lebih baik.
19 Komentar
Jadi pengen liat filmnya xixixi
BalasHapusPembahasan yang sangat menarik. Jadi penasaran sama filmnya Kak.. 👍
BalasHapusSepertinya harus nonton nih, makasih reviewnya mb Elsa ☺
BalasHapusMenjadi tambahan wawasan tentang inner child yah ini mba....
BalasHapusNyata sekali bahwa masalah mental saat dewasa sering dipengaruhi dari luka pengasuhan masa kecil... bikin saya jd ikut belajar dan mendalaminya spy bisa menganalisa diri juga ... liat inner child diri sndiri dan membasuh lukanya agar pulih
Jadi pingin nonton filmnya nih, mbak Elsa. Bagus juga buat pembelajaran saya menerapkan pola asuh pada anak agar tidak menyebabkan luka pengasuhan itu.
BalasHapusFilm ini memberikan pelajaran kepada saya sebagai sebagai Ibu memastikan anak nggak mengalami luka batin. Kalau kita yang punya luka batin, harus disembuhkan agar nggak mengganggu kehidupan di masa depan.
BalasHapusSangat bisa dijadikam pelajaran bagi orangtua yang menitipkan anak-anak, mungkin ortu mengira anak mereka aman karena sudah diberi itu, tapi dibalik udang kemungkinan ada A B C yang ortu tidak tahu. Ada baiknya orangtua perlu jalin komunikasi jujur dengan sang anak
BalasHapusAku selalu suka dengan film2 yang bertema mental health. Selalu dapat pelajaran baru dari film-film tersebut. Btw, filmnya tayang di mana ya mba?
BalasHapusLuka diri memang harus segera disembuhkan dulu ya kak agar tidak mengganggu masa depan
BalasHapusMasya Allah, jadi muhasabah diri. Kuatir anak saya memiliki luka pengasuhan karena ketidakpahaman saya. Akibat luka pengasuhan ternyata bisa seburuk itu ya mbak ☹️
BalasHapusHarus minta maaf ke anak, semoga bisa menyembuhkan luka nya.
Terima kasih sharingnya mbak. Jadi pengen nonton filmnya 🙈
Lingkungan terdekat memang yang paling rentan membentuk dan meninggalkan luka pengasuhan entah mereka dng keluarga harmonis atau tidak. Terlebih di situasi yang Will hadapi. Nggak kebayang "beban" yang dia pikul. 😭😭
BalasHapusWah, saya pernah nonton film ini, tapi lula jalan ceritanya. Karena waktu itu motovasi nontonnya karena pengen lihat Matt Damon yang sedang ganteng-gantengnya pada masanya. Kelihatannya pengen nonton ulang deh, karena banyak pesan moralnya yang pastinya ngena banget. Terima kasih tulisannya mba, bagus sekali ❤
BalasHapussepertinya bukunya cukup berat untuk dibaca ya kak, masalah yang dihadapi Will juga sangat banyak, kalo baca buku ini siap2 nangis deh kayaknya
BalasHapusKeren sekali ulasannya, Kak. Saya jadi mengetahui beberapa istilah dalam psikologi. Dan sepertinya saya harus menonton filmnya. Hatur nuhun ya, Kak. :)
BalasHapusmenarik filmnya mbak, ulasan yang diberikan juga. lebih mudah untuk sy pahami tentang luka pengasuhan ini
BalasHapusterima kasih ya
menarik sekali., jadi ingin nonton filmnya juga. nonton film begini akan membantu kita lebih aware dalam mengasuh anak juga. termasuk edukasi terakit dampak negatif adanya bulliying ya
BalasHapusKayaknya filmnya menarik nih, 😁 Masukin wish list, ah~ Makasih reviewnya, mbak^^
BalasHapusTerimakasih review filmnya Mbak. Jadi ingin nonton.
BalasHapusFilm lama ya kak (Tadi sempat intip-intip youtube dan google)
BalasHapusJadi wishlist tontonan berikutnya deh setelah baca bedah film dr kakak