"Anakku susah sekali diajak sholat".
Seperti saya, banyak orang tua lain yang juga mengeluh anaknya susah disuruh sholat. Baik yang masih berusia 7 maupun 10 tahun, bahkan ada yang sudah berusia 20 tahun pun masih susah sekali disuruh sholat.
Sebenarnya ini adalah fitrah.
Fitrahnya, manusia itu tak menyukai beban. Maka sebenarnya wajar jika sebagian besar anak bahkan kita orang tuanya pun tak jarang melakukan sholat dengan langkah berat.
Sholat adalah beban. Sedangkan manusia adalah makhluk pamrih. Jadi sangat wajar kalau manusia susah disuruh sholat, jika tak tahu apa manfaatnya dan apa keuntungannya.
Sama halnya seperti mengaji, menutup aurat, berpuasa dan semua ibadah lainnya, sholatpun termasuk sebagai taklif syar'i.
Taklif syar'i atau beban syariah adalah kewajiban untuk beribadah kepada Allah sebagai tugas dan alasan manusia berada di muka bumi.
Orang yang mengemban beban syariah ini disebut mukallaf. Mukallaf adalah hamba Allah yang telah memenuhi syarat-syarat tertentu untuk menjalankan beban dari Allah SWT.
Dengan memahami bahwa sholat memang adalah beban. Kita akan jadi lebih mudah menerima ketika anak kita yang sudah mulai mempersiapkan diri sebagai mukallaf, masih merasa berat untuk sholat.
Ketika kita melihatnya sebagai fakta, kita akan jadi lebih mudah untuk menerimanya dengan lapang hati, jauh dari emosi, sehingga bisa fokus mencari solusi. Anak susah disuruh sholat, itu adalah kewajaran sebagaimana fitrahnya.
Tinggal kita mencarikan solusinya.
Apa solusinya agar beban terasa ringan bahkan sampai diperjuangkan?
Mungkin kita tak ada lagi yang merasa asing dengan ungkapan "Demi cinta, gunung kan kudaki, laut pun akan kusebrangi".
Ya, cintalah jawabannya.
Ketika cinta sudah menyatu dalam diri. Jangankan sekedar sholat, mengaji dan menutup aurat. Jihad memperjuangkan agama Allah yang sampai meregang nyawa pun akan terasa ringan lagi indah.
Bersusah payah melawan godaan membuka medsos dan memilih untuk membaca Quran, adalah wujud dari cinta.
Bagaikan seseorang yang tak sabar untuk membaca surat dari kekasih hatinya. (Hehe, setingan analogi jadul, pakainya surat)
Bagi seorang muslimah, merupakan perjuangan bersusah payah menutup aurat dari setiap orang yang bukan muhrimnya. Walau kepanasan dan juga kerepotan harus selalu memakai hijab bahkan kaus kaki agar tak satupun bagian auratnya terlihat. Ini juga adalah wujud dari cinta.
Bersusah payah menahan haus dan lapar walau cuaca sangat terik luar biasa, juga adalah cinta.
Semua adalah wujud cinta.
Tanpa cinta semua beban akan terasa berat. Tanpa cinta pejuang yang maju ke medan perang akan butuh motivasi yang amat tinggi untuk tak mundur dan kabur.
Semua tentang cinta. Cinta membuat beban seberat apapun akan terasa ringan.
Jadi bagaimana agar manusia yang tak suka beban mencintai beban yang diperintahkan Allah?
Ajarkan anak mencintai Allah.
Alih-alih mengomel, membuang energi untuk marah-marah dan menasehati anak dengan berlebihan. Yang tentunya sedikit banyak akan mempengaruhi mood bahkan bonding kita dengan anak-anak.
Akan lebih mudah untuk kita sekedar melihat fakta saja tanpa menilai.
Faktanya : "Anak susah sholat".
Stop sampai disitu saja, tak usah dinilai bahkan jadi baper dengan aneka pikiran seperti :
"Apa yang salah dengan pola didikan saya kok anak susah sholat bla..bla..bla.."
Dengan hanya mengamati, tidak menilai. Kita akan lebih bisa mengambil tindakan dengan logis dan cerdas.
Akan lebih mudah jika kita menggunakan daya ungkit : buat ia terpesona dengan Allah, buat ia menyadari betapa banyak kasih sayang Allah melekat padanya hingga saat ini. Buat ia menyadari, betapa Allah mencintainya.
Betapa tak hingga nikmat yang telah Allah curahkan untuknya.
Mata yang bisa melihat warna-warni keindahan dunia.
Hidung yang sehat bisa menghirup udara yang melegakan dada.
Telinga yang bisa mendengar desir angir, gemericik air dan kicauan burung.
Lidah yang bisa merasakan nikmatnya rendang bahkan indomi*.
Betapa Allah mencintai kita.
Betapa Allah selalu ada untuk kita.
Betapa cinta Allah selalu mengalir pada kita walau seringkali kita luput dari mengingat apalagi mensyukurinya.
Betapa Allah mencintai kita tanpa henti.
Allah Selalu menegur kita di saat lengah, dengan mengirimkan orang-orang tertentu untuk mengingatkan.
Mari lakukan semuanya selaras dengan fitrah. Jika fitrahnya manusia itu suka dengan sesuatu yang membahagiakan. Maka, alih-alih kita mengancam anak "Kalau kamu tidak sholat nanti kamu masuk neraka bla..bla..", mari ganti dengan "Yuk sholat nak, kalau sholat nanti bisa masuk syurga dan makin disayang Allah."
Awalnya mungkin memang terasa berat. Jika masih terasa berat, sebelum kita mengajarkan anak mencintai Allah.
Maka ada baiknya kita dulu yang belajar memesonakan diri pada berbagai wujud cinta Allah kepada kita.
Sungguh, betapa Allah mencintai kita.
Bahkan ketika Allah mentakdirkan kita membaca tulisan ini. Itu adalah salah satu wujud cinta Allah kepada kita. Allah ingin kita menyadari, betapa ia, Sang Maha Cinta, mencintai kita selalu, apa adanya. Tanpa henti, tanpa menunggu kita membalasnya.
Maka mari menyibukkan diri dengan menyadari betapa Allah mencintai kita.
Agar kita pun senantiass Sholat karena cinta pada-Nya.
Salam Cinta dari Sang Maha Cinta.
Padang,
ba'da subuh 27 Desember 2021
====
Ini adalah hasil membaca buku "Menjadi Lelaki Lukmanul Hakim 1" karya ust. adriano Rusfi dan meramunya dengan pengetahuan pribadi (yang juga berasal dari guru lainnya) serta riset sederhana.
Mohon jangan salah paham, saya pun masih belajar, tulisan ini adalah hasil belajar setelah saya pun galau dengan anak yang masih susah diajak sholat.
#seharisatutulisan
#membacadanmenulisituperludipaksa
#kumpulantulisanbundosyafiq
#garagaraKLIP hehe
#740kata
19 Komentar
Masyaa Allah.. sayapun merasakan kegalauan dan kekhawatiran kalau anak2 nanti ga mau sholat..
BalasHapusAlhamdulillah, makasih inspirasinya Mba..
semoga Allah memudahkan perjalanan kita ya mba
Hapussholat bagi saya semacam tolok ukur. kalau ngelihat anak-anak sholat tanpa harus disuruh-suruh, itu rasanya udah setengah hidup saya akan baik-baik saja. Lega.
BalasHapusmasyaallah, benar sekali mba wid.
Hapussaya suka ga bisa marah kalau anak-anak pada angot sholatnya, karena kadang itu cerminan diri saya juga sih. dan kalau sayanya tenang ngga gedubrakan, anak-anak juga nampak tenang dalam beribadah dan beraktivitas. jadi rasanya dimulai perbaiki dari sayanya dulu sih
BalasHapusbenar sekali mba, raising child raising ourselves banget ya mba
Hapustantangan ya mbak untuk emmbuat anak sholat karena cintanya pada Allah bukan karena ditakut-takuti, didekati dengan keseharian mereka
BalasHapusiya mba dyah, semoga umur kita dicukupkan untu menemani mereka mengenal cita penciptaNya ya mba
HapusMasya Allah semoga aja kita dapat lebih mengenal pencita kt untuk kemudidn semakin jatuh cinta kepada-Nya
BalasHapusaamiin yaa robbal alamin ya mba
Hapuswah inspiratif sekali tulisannya, bagus. semoga nanti kalau punya anak aku juga bisa mengajarkan anak betapa allah selalu ada yang selalu memenuhi kebutuhan kita, supaya anak bisa lebih ringan bahkan berbondong bondong untuk menyegerakan solat
BalasHapusaamiin ya robbal alamin ya mba. semoga Allah selalu memudahkan.
HapusTantangan sekali ya untuk mengingatkan shalat untuk anak
BalasHapusSemangat, kak
iya ,mba, semangattt
HapusAlhamdulillah... Biasanya anak ngikutin orangtuanya, jadi semoga kita bisa mencontohkan pada anak, apalagi ibadah sholat ini.. sehingga anak menjadikannya kebiasaan dalam kehidupannya..
BalasHapusterimakasih sharingnya, sajian tulisanny bagus
BalasHapusSemoga dimudahkan untuk melangkahkan kaki ke kebaikan dan menyegerakan sholat!
BalasHapusdalam firmannya disebutkan bahwa sholat itu berat kecuali bagi mereka yng khusyuk. bahkan di ayat lain disebutkan bahwa sholat adalah penolong. dan faktanya adalah tak banyak yang may memahami itu sehinggabjadi beban.
BalasHapuspadahal sholat adalah amalan yang dihisab pertama kali hiks. semoga kita bisa menjadi teladan yang baik bagi anak2 kita ya mbak,sebab anak meniru apa yang mereka lihatkhsusnya orang tuanya
makasih mbak elsa. tulisan nya bagus sekali. masih penuh kegalauan dengan si kakak yang sedang belajar sholat
BalasHapus