Narasi CYB bab 5
Imani kodrat belajar anak
.
CM sepakat dengan Gaarder bahwa anak-anak bisa diibaratkan sebagai alien yang baru terdampar di bumi. Bagi anak, semua hal yang ada di kehidupan kita adalah aneh.
Tetapi kemampuan mereka belajar dan menyesuaikan diri begitu mengagumkan.
Dalam buku vol.6 hlm 35-36. Cm memgatakan, dalam 2 tahun pertama anak sudah mengenali sifat-sifat materi seperti aneka warna. Di tahun ketiga ia sudah lancar berbahasa dlm arti bisa menyampaikan apa yg diinginkannya. Kemampuan ini sungguh luar biasa, yg kita harap bisa kita miliki saat berada di negeri asing.
Sejak awal, anak adalah makhluk pembelajar yang mengagumkan. Anak terbiasa mengamati berbagai hal dan melakukan semua hal yang memungkinkan untuk dilakukannya mulai dari mencicip,meraba, memanjat, hingga menjelajahi setiap ide yang mungkin bisa dilakukan pada suatu objek.
Tidak seperti bayi binatang yang unggul dalam kekuatan tubuh dan ketajaman indra. Bayi manusia unggul pada kemampuannya untuk belajar hal baru.
Cm percaya setiap anak terlahir dg hasrat pembelajar alami. Tidak terikat dengan berapapun IQnya, kelas sosialnya ataupun sifat bawaannya.(vol.6 hlm 156).
Rasa ingin tahu anak begitu besar. Seorang bayi akan melihat sekitarnya dg kekaguman dan manggapai apapun yg bisa dijangkaunya dengan rasa ingin tahu.
Saat keempat bayi saya kecil, mereka semua selalu begitu. Sangat penuh rasa ingin tahu. Semua ingin dipegang, dimasukin ke mulut, dipegang2 sampai menurutnya ia paham dg benda itu baru kemudian bosan dan dilepas. Lanjut mencari benda lain untuk dieksplorasi.
Menurut CM hasrat belajar anak berkaitan dengan kodrat alaminya sebagai pembelajar.
Pikiran manusia itu hidup seperti tubuhnya. Sehingga secara alami juga butuh "makan" untuk terus bertumbuh. Belajar adalah cara anak "makan" agar pikirannya bisa terus bertumbuh.
Saya sepakat dg CM, celakalah sistem pendidikan yang memaksa anak untuk belajar.
Sistem seperti ini akan memberatkan bahkan membuat trauma baik pendidik maupun anak didiknya.
Inisiatif anak untuk terpesona dan kagum dengan berbagai hal di muka bumi ini akan mati. Mereka tak punya waktu lagi untuk sekedar menyadari betapa indah dan wanginya bunga melati.
Karena sudah digegas sejak dini duduk diam di kelas, dijejalkan materi calistung.
Belajar dalam sistem pendidikan seringkali sangat membosankan dan hanya membuang waktu.
Lama kelamaan mereka hanya menjadi robot yang terpaksa menaati segala aturan terkait belajar yg berujung untuk mengejar standar tertentu agar bisa menjadi produk pendidikan yang bisa dimanfaatkan maksimal oleh dunia kerja.
Ajaibnya, walau begitu tetap ada beberapa anak2 yang berhasil bebas mengeksplorasi dunia walau sambil dianggap rebel bahkan nakal oleh sistem pendidikan. Sehingga ia bisa bebas mengeksplorasi potensi uniknya dan berperan di muka bumi dg potensi unik tersebut.
Sistem pendidikan, membuat hasrat alami anak untuk belajar menjadi padam. Mereka terpaku untuk memenuhi aneka kewajiban dan rutinitas. Hidup pun jadi sangat menjemukan sehingga sangat mudah (rentan) stress bahkannberujung pada aneka penyakit mental jika tidak sering2 "healing".
1. Pastikan setiap kali anak bertanya kita selalu memberi pandangan suka dan menjawab dg penuh kepedulian.
2. Jangan memaksakan materi belajar tanpa terlebih dahulu menumbuhkan motivasi internal, kenapa penting untuknya belajar hal itu.
3. Dalam proses mendidik anak selalu pertimbangkan hukum fisiologis dan psikologis.
4. Jangan memaksa anak belajar dg alasan rendah (hadiah, stiker, bintang) agar hasrat belajarnya tidak mati.
Rasa cinta anak pada kegiatan belajar semata mata demi kesenangan belajar itu sendiri.
CM berharap kita sebagai pendidik terus mengimani bahwa anak adalah pembelajar sejati.
Imani bahwa seperti halnya tubuh yang butuh makan untuk asupan bertumbuhnya.
Pikiran dan nurani anak pun juga demikian, dg sendirinya ia butuh belajar materi yang memiliki daya hidup untuk kemudian diserap sehingga mendukung pertumbuhan akal pikiran serta nuraninya agar kelak tumbuh menjadi insan kamil.
Daya intelek mengagumkan, semangat belajar yang luar biasa dan hati yang begitu peka, sudah disiapkan Sang Pencipta begitu setiap anak terlahir di dunia.
Tinggal kita sebagai pendidik mengakomodasinya secara tepat agar potensi-potensi terbaik itu teraktulaisasi dg segala ragam bakat, IQ dan sifat bawaannya.
Cm mengatakan pikiran yang sudah terlahir sepaket dg anak itulah yang seharusnya menjadi instrumen pendidikan. Bukan malah pendidikan yang menghasilkan pikirannya.
Inside out, bukan outside in.
Proses pendidikan hanya mengoptimalkan potensi pembelajar anak. Bukan menciptakan anak menjadi pembelajar.
Jadi sebagai pendidik, kita hanya perlu merawat pribadi pembelajar anak.
Bukahkan ini solusi dari masalah pelik yang selama ini banyak menyedot tenaga, pikiran, biaya dan waktu perumus sistem pendidikan?
Lalu apa yang terjadi jika diperjalanan kita merasakan kegagalan?
Imani, terus beriman dg kodrat pembelajar sejati anak. Secara fitrah atau kodratnya setiap anak suka belajar, dan setiap anak pasti ingin hidupnya baik dan sukses.
Dalam keseharian sebenarnya setiap pribadi sejatinya selalu suka untuk belajar. Belajar untuk sesuatu yang diminati ataupun dibutuhkan.
Bedanya, saat inisiatif pembelajar sejati mati, kita hanya akan tertarik untuk belajar hal2 yang kita minati atau butuhkan.
Kita kurang peduli dengan hal-hal yang ada di sekitar kita.
Tidak lagi seperti bayi atau balita yang takjub melihat capung, kematian inisiatif belajar menganggap capung hanyalah hal biasa yang tidak mempesona apalagi mengagumkan.
Budaya kehidupan yang serba cepat ditambah keterfokusan pada gawai membuat hal ini semakin menarik kita jauh untuk tidak lagi mudah terpesona dengan aneka hal dalam kehidupan.
Lalu bagaimana jika kodrat pembelajar sejati terlanjur mati suri?
Melambatlah, hadirlah sepenuhnya, sadarilah dengan seutuhnya dan nikmati dunia ini apa adanya.
Ikuti anak-anak yang mudah takjub pada setiap hal "remeh" yang ada di muka bumi.
Sering2 bermain di alam. Amati setiap lumut yang tumbuh di tembok, kagumi rumput dan bunga liar yang biasanya langsung disemprot dengan racun.
Ketuk lagi pribadi pembelajar dalam diri kita.
Ia tidak mati hanya tertidur cukup lama.
0 Komentar