CYB #7: Narasi Bab 6 "Menjadi Atmosfer Inspiratif"

Narasi dan refleksi CYB bab 6

Menjadi Atmosfir Inspiratif




Seperti yang telah dibahas CM di bab sebelumnya. Tak hanya tubuh fisik anak yang butuh makanan, tubuh spriritualnya pun butuh asupan makanan. Yaitu berupa ide-ide atau gagasan-gagasan.

Ide adalah sesuatu yang mengetuk nurani dan mengaktifkan benak. Merangsang satu pikiran dan pikiran lainnya terhubung menjadi imajinasi mental.

Terinspirasi, eureka atau aha moment. Ide adalah sesuatu yang muncul ketika kita terpapar oleh sesuatu. Bacaan kitab suci, ceramah seorang pembicara, alunan suatu musik dan lainnya.

Ide memantik minat intelektual kita. Menggugah dan membuat hati menjadi kaya, pendirian kita terbentuk dan karakter kita pun terbangun.

Sumber ide pertama seorang anak dalam hidupnya adalah orang tuanya, yang kedua adalah dari masyarakat. 

Menurut CM pembetukan karakter anak yang utama adalah di rumah atau keluarganya. Karena hanya di rumahlah setiap pribadi menjadi dirinya sendiri tanpa topeng sama sekali.

Di sekolah baik guru atau murid cenderung tidak menampilkan dirinya yang asli.
Memang dengan beberapa prinsip sekolah bisa menjadi tempat belajar yang optimal, tapi landasan utama pembentuk karakter anak adalah kehidupan sosialnya sehari-hari.



Sekali lagi saya takjub dengan pemikiran CM ini. Betapa jika kita kembali kepada kodrat, semuanya akan menjadi lebih mudah dan indah.

Ketika kita melakukan sesuatu selaras dg kodrat atau fitrah, kita akan menjadi berdaya, mandiri, dan tidak bergantung pada pihak luar.
 
Seperti halnya lahiran dengan metode gentle birth, dimana kita lebih banyak melakukan berbagai hal yang selaras dengan alam dan insting kita sebangai ibu. 

Kita hanya mengikuti kelaziman seperti jaman dulu sejak jaman nabi adam. 

Dulu Kelahiran adalah suatu moment penuh privasi dimana hanya ada ibu yang terkoneksi dg dirinya dan kadang ditemani pendukung persalinan yang telah terbiasa membuat ibu merasa nyaman.

Proses ini Akan menghasilkan pengalaman melahirkan yang sangat indah, ramah jiwa, minim trauma, selaras alam dan bahkan bisa dengan biaya yang sangat minim.

Memang tak banyak pihak yang mendapatkan keuntungan ketika mempraktikkannya. Sistem kapitalis bisa bangkrut jika gentle birth banyak yang menerapkan.

Karena dalam metode ini, ibu diposisikan sebagai pihak yang berdaya, berposisi sebagai Subjek dalam proses kelahiran anaknya. 

Bukan sebagai objek yang memasrahkan dirinya untuk "dibongkar" oleh pihak ahli dengan mengeluarkan sejumlah biaya dan juga harus siap menanggung berbagai resiko. 

Proses yang artifisial tentu memerlukan
sistem supaya prosesnya dapat memudahkan pihak pelaksana. Sistem yang lagi2 menganggap ibu bersalin sebagai objek yang tidak berdaya.


Begitu pula metode pendidikan sebagai atmosfir yang diusung oleh CM ini. 

Dalam hal ini, pusat inti proses pendidikan anak, dikembalikan pada orang tua.

Orang tualah dan anak yang bersama2 menjadi subjek dalam proses pendidikan. Mengikuti kodrat sebagaimana amanat Tuhan kepada orang tua. 

Mengikuti kebiasaan sejak jaman nabi adam dimana proses pendidikan diselenggarakan dalam lingkup keluarga.


Orang tua dan anak diposisikan sebagai pihak yang mampu melakukan pendidikan tanpa mengutamakan keterlibatan pihak luar.

Proses pendidikan ini membuat orang tua merasa berdaya, merasa ia memang sudah ditakdirkan untuk mendidik anak-anaknya. Tak diperlukan pihak luar untuk mendidik pondasi karakter anak-anak. 

Yang diperlukan adalah orang tua yang menjalani hari-hari pengasuhan secara sadar, melakukan perbaikan diri terus menerus tanpa topeng sehingga dg sendirinya anak merasakan dan menyerap atmosfernya.

Ketika orang tua mendidik dirinya sendiri untuk terus menjadi lebih baik, dengan sendirinya anak pun akan terpapar dan terinspisrasi untuk melakukan hal yang sama.

Proses ini tentu akan sangat meminimalkan biaya pendidikan. Orang tua tak lagi jadi mangsa pasar promosi pelbagai program pendidikan yang menjanjikan anaknya akan menjadi berkarakter ini itu. 

Karena orang tua sadar, dirinyalah yang menjadi pelaku pendidikan itu sendiri, tak perlu pihak lain, dan juga tak perlu biaya besar.

Namun memang orang tua perlu mencurahkan waktu, energi dan perhatian yang memang tidak sedikit.
Pilihan ini memang tidak semudah "tinggal bayar uang pendidikan saja, lalu bisa hanya sekedar mengecek anak sudah bikin PR atau belum".

Dan mindset seperti ini tak bisa memberikan banyak keuntungan pada pihak kapitalis.

Karena orang tua berada pada posisi berdaya, bisa mendidik karkter anaknya sendiri. Pihak luar hanya diperlukan untuk hal2 terntentu saja, bukan sebagai pendidik utama.

Metode pendidikan yang diusung CM adalah metode yang membuat para orang tua kembali mengenal dirinya, mengetahui fungsi orang tua sesuai dg kodrat yang digariskan Tuhan seperti yang sudah dilakukan sejak jaman nabi Adam.
Dimana basis pendidikan anak yang pertama adalah keluarga. 

Karakter anak terbentuk saat ia berinteraksi dengan keluarganya. Membantu ibu merapikan rumah, berebut mainan dengan saudara-saudaranya, mengamati seperti apa ayah ibunya berinteraksi dengan kakek neneknya, melihat ayahnya teratur memberikan makan ternak, jalan-jalan di sekitar rumah bersama ibu mengagumi bunga loar yang mekar sambil melihat bagaimana cara ibunya mengobrol dengan ibu tetangga sebelah rumahnya.

Sosialisasi di keluarga dan masyarakat adalah wadah pembentuk karakter terbaik bagi anak. 
Kondisi tersebut memungkinkan anak untuk berinteraksi sosial dengan lintas usia dan lintas status sosial.


Ini adalah aspek pendidikan penting dan merupakan bakat jenius alami yang sudah diinstalkan Tuhan pada pribadi setiap anak.

CM sangat tidak setuju jika anak dibuatkan lingkungan pergaulan artifisial dimana ia jadi hanya terbiasa berinteraksi dengan anak seusianya.

"Tidak sepantasnya anak dikurung dalam rumah kaca pendidikan." 

Seperti tumbuhan yang ditanam di rumah kaca, dikondisikan untuk melawan situasi lingkungan alaminya. Ia mungkin sekilas terlihat bisa tumbuh lebih bagus dibading di kondisi alami. 
Tetapi tumbuhan itu akan langsung mati ketika keluar dari rumah kaca.

Menurut CM, anak butuh bergaul secara alami dengan kehidupan yang alami.
Ini akan membuat mereka belajar dari menyerap kondisi sekitarnya. Di sana mereka belajar aneka dinamika emosi, humor, pengorbanan dan cinta.

Anak perlu terpapar aneka kesulitan dan tantangan dalam kehidupan secara alami dalam masyarakat tentu sambil terus mendapatkan dukungan kasih sayang dari keluarganya.

Menurut saya, disinilah salah satu penyebab kenapa biasanya anak-anak Homeschooling lebih cepat dewasa dan bijaksana dibandingkan anak-anak yang sekolah. Karena memang dalam keseharian ia selalu terpapar dan terstimulasi untuk menyerap, berempati dan peduli dengan keadaan sekitarnya.

Pendidikan sebagai atmosfer bukanlah menuntut orang tua menjadi manusia sempurna.
Tapi orang tua diminta untuk senantiasa memelihara kesadaran bahwa dg adanya anak, kita harus lebih serius bertumbuh mendewasakan diri kita sendiri.

Tidak untuk menjadi sempurna, tapi cukup dengan apa adanya memperlihatkan kesungguhan untuk terus menjadi lebih baik.

Berangkat dari pertanyaan reflektif seperti :

Sudahkah kita mengenal diri kita sendiri?
Sudahkah kita tahu misi hidup kita?
 Sudahkah kita memetakan kelemahan dan kekuatan kita? Mana yg perlu dikembangkan dan mana yg perlu diperbaiki?
Apakah nilai2 yang kita anut benar2 berharga? Apakah itu sudah benar-benar otentik atau hanya sekedar warisan?
Sudahkah hidup kita selaras dg nilai-nilai yang kita anut?

Kita perlu berusaha keras agar semua pertanyaan di atas dengan "ya sudah!". Ini adalah bukti kesungguhan kita menjalani kehidupan ini dengan sebaik-baiknya.

Orang tua hanya perlu kembali pada kodratnya sebagai pembelajar. Ketika ia tertarik pada materi pelajaran anaknya, anakpun akan tertarik pada seluk beluk kehidupan riil orang tuanya, terbentuklah persahabatan.
Mereka menjadi kawan seperjalanan dalam proses membangun karakter ideal dan mengejar pengetahuan.

Metode Pendidikan ini sejatinya kembali mengajak orang tua kembali mengenal jati dirinya, kembali hidup secara berkesadaran yang selaras dengan sebagaimana alaminya kehidupan. Bahwa mendidik anak pun sebenarnya orang tua bisa berdaya melakukannya sendiri.

Seperti anak singa yang dididik oleh keluarganya, manusia pun dulunya hidup dididik sejak awal oleh keluarganya.
Proses pendidikan pun sebenarnya adalah proses mandiri keluarga.

Pertanyaan reflektif dari mba zia :
Atmosfer apa yang ingin ditampilkan di rumah?

Saya ingin menampilkan diri saya apa adanya. Saya ingin menampilkan pada anak2 bahwa saya adalah juga pribadi pembelajar yang sedang dan terus berusaha belajar menjadi pribadi yang lebih baik.
Posisi saya sama dg anak2, yaitu sama-sama pembelajar. Bedanya hanya saya memiliki otoritas yang mengharuskan anak2 taat pada saya selama saya masih selaras dengan kebenaran yang hakiki.





Posting Komentar

0 Komentar