Manajemen Ibu Rumah Tangga Homeschooler



Dalam keseharian sepertinya hampir semua ibu rumah tangga memiliki masalah yang sama. Baik Homeschooler maupun tidak.

Dengan waktu 24 jam, kita ingin keseharian terkelola dengan baik, semua harapan yg diinginkan terlaksana, dan bisa membersamai anak-anak dengan lebih lama.

Ini anggapan saya dulu saat belum menikah dan bercita-cita jadi wanita yang benar-benar berprofesi sebagai ibu rumah tangga saja tanpa ada kesibukan lain.

Mengira jadi ibu rumah tangga itu gampang.

Tapi pada kenyataannya, 

Walau sudah menjadi ibubrumahntangga saja. Saya tetap jungkir balik.

Apalagi buat ibu yang anaknya 4, ga pakai ART, ada kecenderungan OCD dan mudah terdistraksi (kesulitan fokus dan menentukan skala prioritas), perfectionis pula yang menganggap diri harus bisa jadi supermom.

Ingin tetap sempurna di segala sisi sebagai ibu :

-Bisa masak makanan sehat holistik rahmatan lil alamin setiap hari. (Minim sampah, minim racun, dst)

-Bisa bikin rumah selalu rapi

-bisa tetap banyak berkegiatan sama anak.

-bisa tetap optimal di komunitas/organisasi.

-bisa ngurusin kompos, tanaman, bikin eco enzim,

-bisa mendokumentasikan kegiatan bersama anak di medsos dan blog dengan kurasi yang baik.

-bisa mendidik 5 anak dengan baik dan juga bisa diajak bekerja sama di rumah.

Dan seterusnya.

Ternyata sangat tidak mudah. 

Ternyata jadi ibu rumah tangga justru sangat butuh manajemen waktu yang baik, manajemen prioritas, jadwal yang jelas dan seterusnya.

Setelah 12 tahun jadi Ibu rumah tangga, saya pribadi walau sudah belajar kesana kemari, jatuh bangun praktik segala ilmu yang di dapat. Pada kenyataannya, masih sering jungkir balik.

Apalagi setiap beberapa waktu sudah stabil sesuai perencanaan, tiba-tiba datang turbulensi kehidupan seperti harus pindahan rumah antar pulau, mendadak traveling, mendadak hamil atau lahiran atau sakit,dan lain lain.

Sejauh ini yang saya lakukan adalah mengatur jadwal dulu, dalam 24 jam harus melakukan apa saja. 

Hal-hal mendasar seperti jam berapa tidur, jam berapa makan, masaknya kapan, dan seterusnya.

Jika situasi sedang normal ( sejak jam 8 atau jam 9 sudah tidur dan bayi ga rewel begadang). Saya rencanakan bangun jam 2 atau jam 3 pagi.

Jam segitu adalah jam tenang yang bisa dilakukan untuk maintenance diri.

Sholat tahajud, olah raga, baca buku, menjurnal, menulis artikel dan sebagainya bisa dilakukan sampai subuh.

Baru setelah subuh mulai bergerak ke dapur.

Bikin kandang waktu, buat tiap jam mau ngapain, durasi berapa lama. Begitu timer durasinya selesai. Beres ga beres tinggalkan.

Biasanya saya target beberes rumah di pagi hari 30 menit aja.

Buat to do list nya apa aja, tandai yg paling penting dan mendesak apa aja (nyapu/ngepel sudah pasti urutan terakhir. 

Yg penting anak2 makan, lantai rumah ga ada tumpahan air)

Lalu urutkan apa dulu yang harus dikerjakan, tentukan durasinya, dan pasang timer.

Kalau pas lagi mengerjakan tiba2 kepikiran sesuatu misal "oiya belum balas WA uni azizah". 

Langsung  tulis di buku "brain dump". 

Lalu kembali kerja lagi.

Begitu 30 menitnya habis. Selesai ga selesai, tinggalkan.

Yang penting udah ada makanan dan ga ada bahaya2 yg perlu dibereskan.

Lalu lanjut melakukan jadwal harian, kemudian tepat setelah dzuhur saya akan istirahat sebentar sekitar 30 menit.

 Dulu saat anak-anak masih balita, setelah dzuhur kami akan tidur siang bersama diawali baca buku. 

Sekarang saat anak-anak sudah 10 dan 8 tahun, mereka susah diajak tidur siang, Jadinya mereka saya titipkan si Bungsu (20 bulan).

Kurang Lebih begitu yang saya Lakukan selama ini.

Memang harus banyak menurunkan ekspektasi, memangkas berbagai hal tidak penting (seperti melipat baju dan menyetrika yang sudah lama tidak Saya lakukan dan hidup dengan sedikit barang) dan mendelegasikan beberapa tugas seperti mencuci ke laundry.

Dalam membersamai anak-anak selama menjadi ibu Homeschooler.  Sebenarnya asalkan kita bisa menjalaninya dengan mindful,dari pengalaman saya ga perlu berlama-lama atau harus sepanjang hari bersama anak-anak.

Yang penting dilakukan dengan mindful. Akan lebih terasa dampaknya. Begitu Kebutuhan anak akan atensi dan kedekatan dengan ibunya terpenuhi, anak akan menjalani kesehariannya dengan mandiri.

Tapi alhamdulillah kelebihan Homeschooling yg saya rasakan,anak2 jadi lebih mudah aware dengan kondisi ibunya.

Kalau bundonya kelihatan sudah diem aja, bingung mau apa dulu, anak2 biasanya lgsg sadar.

Atau tiba2 udah nangis aja,🙈

"Bundo kenapa? Perlu dibantu apa ndo?"

🥹🥹

Walau tangan2 mereka belum bisa berbuat banyak.

Saat menyadari ada orang2 yg selalu terkoneksi dengan kita itu rasanya alhamdulillah sekali.

Baru setelah itu nyadar lagi, oiya ya, 

mereka ga menuntut ibunya sempurna. 

Mereka hanya butuh ibu yg bahagia.


Yogjakarta, 18 Januari 2025

05.00 pagi.





Posting Komentar

0 Komentar